Selasa, 30 Juli 2013

Tentang yang orang pandang sebelah mata


Dor! Hmm. Aneh? Iya. Saya bingung mau pembukaan ngomong apa-_-

Saya cuma ingin berbagi cerita aja sama kamu yang lagi baca postingan ini.
Terutama buat kamu, adek-adek tingkat yang mau UN sama ujian masuk PTN.

Kamu pernah ikut tes atau akan mengikuti tes? Atau seleksi?
Kamu dengar kabar soal tes itu susah, mematikan dan tidak berprikesiswaan?
Halah. Susah itu cuma wacana kok.
Kalo kamu mau meraih sesuatu yg besar itu ya harus dengan usaha yang besar juga.
Yang penting kamu usaha terus coba. Gagal belakangan.
Tapi harus diingat juga, kalo kamu siap menjadi pemenang dalam tes tersebut kamu juga harus siapkan mental jika ternyata kamu belum berhasil.
Siap menang siap kalah. Kalo menang jangan sombong, kalo kalah? Coba lagi!
Artinya kayak yg ada di balik tutup botol nu greentea. Anda belum beruntung.
And you must try again!
Menurut saya, sesuatu yang susah itu patut dicoba.
Jangan pernah bilang susah kalo kamu sendiri belum pernah nyoba. Cuma denger-denger doang mah isu. Kamu harus nyoba.
"Duh, mau banget masuk univ itu. Tapi gue kan ga pinter. Apalagi katanya soal ujian univ itu susah banget. Gue aja ulangan remed melulu, gimana kuliah disana? Impossible banget. Apalagi belum ada kakak kelas yang masuk univ itu. Jadi kayaknya sekolah gue juga belum dipandang sama univ itu. Hmmmm.... Tetep mau masuk univ itu juga? Ngimpi lo." 
Pikiran-pikiran skeptis bermunculan mengacaukan harapan-harapan saya masuk universitas impian.
Ditambah lagi cara orang memandang saya tanpa hormat. Rendah.
Rasanya sakit dianggap tidak berharga. Rasanya jatuh dianggap bodoh.
Rasanya..... Saya tidak bisa sehebat mereka. Mimpi saya tidak boleh lebih tinggi dari mereka.
Tanpa sadar saya membatasi harapan dengan menjadikan mereka 'ukuran' keberhasilan saya.
Saya tidak akan melebihi mereka, orang-orang yang menurut saya 'orang besar'.
Lalu saya simpan baik-baik mimpi saya untuk menjadi anggota keluarga kampus impian itu. Kampus beralmamater kuning yang berlokasi di Kota depok.

Kemudian saya kembali bermimpi untuk menjadi mahasiswi di salah satu Perguruan tinggi Negeri yang 'inshallah' saya mampu untuk berperang dengan soal Demi menjadi salah satu mahasiswinya. Kampus yang beratmosfir sejuk di Kota apel.
Saya cari informasi yang menunjang kelancaran untuk melewati tes masuk Perguruan tinggi tersebut.
Saya ikut seleksi masuk Perguruan tinggi yang dilaksanakan serempak se-Indonesia.
Sudah saya katakan tadi, impian saya masuk Perguruan tinggi Negeri impian yang beralmamater kuning itu saya simpan baik-baik.
Di ujian kali ini, saya menaruh kampus impian sebagai prioritas pilihan saya.
Skeptis sih. Tapi apa salahnya dicoba?
Saya tetap maju dengan pilihan pertama di Kota depok, pilihan ke dua dan ketiga di Kota malang.
Saya tak pernah menjadi kutu buku yang membaca dan membawa buku dimana-mana, kemana-mana. Saya bukan orang yang setiap malam rajin mengerjakan soal untuk mengasah keterampilan. Saya bukan orang yang berani bicara untuk sekedar mengutarakan pendapat di depan orang banyak. Saya memang bukan siapa-siapa. Saya cuma orang kecil yang tidak diharapkan kehadirannya dan mungkin tidak akan dicari atau dirindukan jika tiba-tiba menghilang. Saya bukan orang yang berpengaruh dalam lingkungan saya. Cuma 'nggeh..nggeh..' Tiap diatur orang.

Kenapa sih pikiran saya negatif melulu? Kan belum tentu juga apa yg buruk-buruk tadi benar. Kenapa ga mikir positifnya?
Saya hanya memperkecil kemungkinan untuk sakit ketika gagal atau jatuh.
Memikirkan semua kemungkinan terburuk agar saya berusaha untuk memperbaiki keadaan. Agar saya tidak berhenti berusaha hanya karena lelah.
Saya mempersiapkan diri jika suatu hari sesuatu yang saya perjuangkan tidak berhasil. Tapi bukan berarti usaha saya tidak dimaksimalkan.
Saya hanya berjaga-jaga.

Kemudian suatu hari saya diterima di Perguruan Tinggi Negeri di Kota malang. Saya menjerit keras dari kamar ketika membaca Pengumuman, berlari keluar kamar dan peluk cium mama.
Semua orang yang mengecilkan saya dulu, langsung terengah. Terkaget dan tidak percaya bahwa saya mampu lebih dari mereka.
Atau mereka masih mengecilkan saya karena jurusan yang saya ambil memang passing grade nya tidak tinggi.
Iya memang begitu adanya. Tapi apa saya salah? Saya sudah menelaah jauh-jauh hari, dan hasilnya sesuai minat saya.
Atau ada juga yg mengatakan ini adalah faktor keberuntungan. Memang saya akui faktor keberuntungan itu ada. Tapi tidak sepenuhnya tanpa usaha...

Tak lama kemudian saya berangkat ke Kota malang untuk registrasi ulang di universitas Brawijaya.

Memasuki hari terakhir registrasi, saya baca Pengumuman bahwa saya diterima di universitas yg pertama kali saya impikan itu. Universitas Indonesia.
Betapa saya terkejut lebih dari membaca Pengumuman hasil SBMPTN.
Saya sudah menyiapkan ini itu untuk tinggal di Kota malang. Tapi.... Kenyataan ini mengejutkan sekali.
Saya galau. Bingung harus pilih yg mana.
Keduanya pernah saya impikan.
Setelah saya pertimbangkan matang-matang, akhirnya saya ambil keputusan untuk mengambil kesempatan yg mungkin tidak akan datang 2 kali.
Saya akan beralmamater kuning, nanti :)

Berikutnya, jurusan saya yg dikecil-kecilkan.
Mau jadi apa sih masuk jurusan itu nanti? Kerjanya menjamin nggak?
Sudah saya bilang, bahwa saya memikirkan ini matang-matang.
Saya sudah mempersiapkan segala sesuatunya hingga rencana kerja inshaallah dengan baik.
Saya yakin, walaupun ini jurusan yg yah.... Seujung kuku buat kalian, atau yg pekerjaannya tidak menjanjikan.
Saya berpegang teguh pada "jika seseorang sudah bertemu minat dan bakatnya, sudah paham potensi diri dan cara belajarnya, dia akan melejit prestasinya"
Dan semoga saya termasuk dalam orang-orang itu.

Atau saya pernah dibilang "yg penting pake jaket kuning. Jurusan nggak menjanjikan mah belakangan"
Duh.... Saya dijatuhkan lagi.
Kenapa sih? Saya yakin akan mendapatkan manfaat yg sangat besar jika saya menjadi bagian dari civitas akademika keluarga besar universitas Indonesia.
Jurusannya pun sudah sesuai kemampuan dan keinginan saya.

Saya pernah berjanji pada diri saya sendiri "saya tidak akan membiarkan mereka mentertawakan saya terlalu lama"
Saya selalu terpicu oleh kalimat tersebut.

Tentang yg orang pandang sebelah mata... Semoga suatu saat nanti saya mampu menjelaskannya dengan hasil yg akan saya dapat. Suatu saat :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar